Its like a dream comes true pas akhirnya dapat kesempatan untuk mengikuti langsung upacara Rambu Solo di Tana Toraja. Momen spesial ini terwujud berkat Uncle Romo Gerris Sangla Rantetana, sx - pastor paroki St. Matius Bintaro yang ngajak untuk cuti 1 minggu full dari kantor baru, dan terbang menuju TKP upacara nan panjang dan rumit untuk menghantar Nenek Uttu ke istirahat abadi di alam yang baru.
Cerita yang akan gue share disini lebih ke itinerary selama gue cuti seminggu full. Berusaha dibuat sesimpel mungkin untuk menghemat tenaga ngetik dan biar ceritanya jadi nggak terlalu ngalor ngidul (karena sebenernya banyaaaakkkkk banget yang bisa dijadikan anak topik dari pengalaman seminggu di Sulawesi kemarin).
Singkatnya adalah gue bertolak dari Jakarta menuju Makassar, disana udah ditunggu Uncle Gerris dan Bagas (anak Mudika dari gereja St. Matius). Kita bertiga bermobil ke Tana Toraja, tepatnya ke daerah Tonglo di atasnya Makale. Ini adalah kunjungan kedua gue ke Toraja. Yang pertama kali di tahun 2009. Waktu itu gue seneeenggg banget diajak romo muter - muter Makassar, trus ke Toraja bareng Mba Nata untuk mengunjungi oma dan opa, keluarga di Toraja, termasuk berkunjung ke rumahnya Nenek Uttu, lihat gua - gua batu yang menjadi tempat penguburan jenazah, trus tidur di rumah tongkonan keluarga, minum tuak atau Ballo, trus main ke pemandian air panas, jalan - jalan kulineran, dll. Nah, untuk kunjungan tahun 2013 ini fokus utamanya adalah melihat langsung upacara keluarga Rantetana terbesar dan mungkin untuk terakhir kalinya diselenggarakan.
Begini detailnya :
Note : semua waktu di bawah ini adalah dalam WITA
Day 1 (sabtu, 29 Juni 2013)
10.30
|
Tiba di Makassar (citilink QG 712) dijemput Uncle Gerris di
bandara Sultan Hasanuddin
|
|
11.00
|
Tiba dan check in di Hotel Darma Nusantara (room 115) - kita nginep di hotel karena seluruh keluarga yang tinggal di Makassar udah di Toraja lebih dulu untuk mempersiapkan upacara yang akan diadakan mulai besok pagi
|
|
13.00
|
Lunch di resto hotel (pesen asem asem ikan kakap-seger dan
ngenyangin banget, hihihi, 1 ekor dalam 1 bowl kuah buat gw makan sampe puas,
sendiri)
|
|
17.00
|
vv Menikmati sunset di pantai Losari (yang rame banget sama orang
- orang pacaran, dan keluarga dengan anak-anak kecil). Pantai Losari yang
sekarang udah semakin cantik. Dulu pedestriannya yang menghadap langsung ke
Selat Sulawesi, belum selebar dan serapih sekarang. Ditambah dengan giant
wording 'Pantai Losari' warna putih sebagai landmark, sekarang udah hadir
temen - temennya sesama landmark 'city of makassar' dan 'bugis' yang hadir
dalam warna merah cerah. Di ujung pantai juga udah berdiri megah masjid agung
makassar, yang 5 tahun lalu baru tahap konstruksi.
|
|
|
Dinner mie bakso ga jauh dari pantai
|
|
21.00
|
Baru dech berhasil sampai hotel lagi. Gile benerrrr, ternyata
di luar jawa pun udah mulai macet dech jalanan, semrawut, banyak motor,
banyak bis, ckckck..
|
Day 2 (minggu, 30 Juni 2013)
06.03
|
Check Out
|
06.23
|
Touchdown Maros (ditemenin lagu country) 'oh darling I'm gonna love you
forever and ever..' Kota Maros tu kecil, kira - kira 1,600km2 doang, dannn, ditambah kecepatan mobil yang dikemudikan uncle sampai lebih dari 100 km/jam, hahahaha.. jadi
sekejap aja kita udh lewatin. Begitu keluar kota, langsung terperangah (lagi)
sama bukit karst besar2 menjadi latar belakang sawah2 luas di kanan jalan.
|
06.40
|
Pangkep - atau nama panjangnya, Pangkajene. Mulai memasuki dinding2 bukit karst yg tadi pas di
Maros kita lihat. Di sisi kanan jalan, kita ngelewatin Waterbom Matampa Pangkep. Pangkep juga daerah penghasil ikan air tawar, keliatan jelas kalo ini memang dikelola sebagai salah satu mata pencaharian utama masyarakatnya dari tambak sederhana di
kiri dan kanan sepanjang jalan raya.
|
07.10
|
Masuk Barru. Keliatan laut! Di sisi kiri jalan menuju Toraja!
Keren, kaya di kupang, kiri laut, kanan bukit karst. Dengan kecepatan mobil
yang (masih) dipacu hampir selalu di angka 100 km/ jam menurut speedometer, ga heran
kalo semua pemandangan di luar jendela mobil begitu cepat silih berganti :D
|
08.00
|
@ rumah makan Arung Pala Jl Raya Poros Pare Pare (nasi goreng
merah buat akyuu, nasi goreng telur buat Bagas, dan nasi goreng seafood buat uncle) - cantik dech, lokasinya pas di atas karang, di pinggir pantai nan jernih
08.50 berangkat lagi |
09.07
|
Arrive @ kota Pare Pare (kota kelahiran Habibie) pantai bukit
bukit naik naik terus. Theme Songnya 'mata indah bola pingpong, masihkah kau kosong' by Iwan Fals
|
10.17
|
vv Touchdown @ Enrekang.. Cantiknyaaa pemandangan gunung karst dengan ujung dan tepian tajam - tajam. Daerah Enrekang ini emang lebih dari 80%nya terdiri dari gunung dan bukit. 2x PP ngelewatin Enrekang, 2x juga nggak habis-habisnya terpukau sama pemandangan alam asri nan cantik disini..
|
12.35
|
vv Welcome to Toraja
|
13.13
|
Welcome to Makale
Makan di rumah makan ayam bakar, trus 13.45
cuzzz lagi
|
14.36
|
Sampe TKP - Tonglo
Semua sampe malam sibuk atur ini itu, ditatmbah
cuaca mendung hujan, akhirnya kita memilih untuk santai2 di pondokan. Ada
serombongan bapak2 gotong pohon nira tua yang nantinya akan ditanam di tengah area utama (adatnya begitu ceritanya - perlu menghadirkan pohon nira di tengah pelataran tempat acara diadakan). Sorenya dapet kenalan baru, dan diajak berkunjung ke pondokan
di bawah sambil genjreng genjreng gitar minum tuak
|
21.40
|
Mati lampu, jreng jrengg
|
22.30
|
Lampu hidup, air mati, kitapun bobo tanpa mandi :p
|
Day 3 (senin 1 Juli 2013)
07.00
|
Bangun duduk duduk trus sarapan ikan asin crispy
|
08.40
|
Kita ber3 naik mobil berburu kamar mandi hahaha.. Target
sehari sekali mandi (kali ini mandinya di Makale pastoran)
|
10.00
|
Kita balik ke Tonglo. Ga lama setelah balik, kita diajak buat nongkrong2 liat persiapan Ma'Pa Songlo (tradisi arak peti dan Tau2 keliling
desa)
^^ foto - foto dulu di sawah deket rumah nenek Uttu
|
13.00
|
Kita makan siang bareng keluarga di dalam Lantang (rumah adat
besar yg dibuat sbg tempat tamu dan keluarga besar istirahat)
|
14.00
|
Setelah matahari bergerak turun dari atas kepala, perarakan
Ma'Pasonglo pun dimulai. Peti dan Tau tau (patung nenek uttu) digotong dengan
bambu dan dibuat rumah2an tongkonan, dinamakan saringan. Saringan ini aja
bisa lebih dari 10juta, sedangkan Tau tau nya aja 16juta.
|
Peti diangkut oleh lebih dari 15an pria dewasa, di belakangnya
dibentangkan kain merah panjang yg di bawahnya wanita dan keluarga pelayat
berjalan memegang kain. Saringan sesekali dibuat condong condong diikuti
teriakan heboh. Condong2 ini maksudnya melambangkan kekuatan jahat dikalahkan
oleh kekuatan baik. Di belakang pelayat, diarak dech belasan tedong yang
sudah dihias tanduk dan dikalungin buah2an. Tedong2 nya siap untuk diadu
setelah acara ini.
|
|
vv Setelah peti dan Tau tau kembali ke rumah, keduanya dinaikkan
ke atas lantang tingkat utk beristirahat sebelum disemayamkan di dalam
Patane.
Setelah naik, seseorang membacakan gambaran dan biografi Nenek Uttu
dari atas lantang dengan suara yang juga Lantang.
|
|
16.00
|
(sekitar jam ini dech), adu kerbau dimulai di dalam hutan
(harusnya di sawah sich, tapi karena padi baru tanam, yaudah pindah lokasi ke
tengah hutan
^^ susahnya fotoin pas tedongnya lagi beradu di dalam hutan. Ruang gerak yang ribet sama cabang - cabang pohon, pijakan nggak kokoh karena tanah berlumpur dan perlu cari area yang aman dari tabrakan sama tedong kalo pas tedongnya kabur, jadi yaudah foto sama tedongnya yang belom tarung aja, hehehe
|
17.00
|
Pulang dan beberes (cuci kaki, minum) dan akhirnya kita ke
lantang besar di bawah siap utk ibadah
|
18.00
|
Ibadah dimulai, semua berkumpul di 2 lantang. Ibadah dipimpin
romo Jerry. Ternyata di dalam acara ini terdapat 6 orang pastor juga lhoo.
Psst.. syahdu banget lho ibadahnya, bayangin aja, kita berada di puncak gunung, di dalam lantang - lantang yang sudah dihias cantik, dengan latar suasana sore hari di antara hutan dan desa, suara jangkrik berpadu dengan suara koor melekatkan suasana jadi extravagant banget
|
20.00
|
Ibadah sabda selesai, dan kitapun siap santap malam. Menu
malam ini dasyat! Sate babi, daging tedong, dan babi enak (lupa nama nasakannya apa)
|
21.00
|
(lewat) satu per satu keluarga mulai silam utk istirahat
|
Day 4 (selasa 2 Juli 2013)
vv Sepanjang malam hingga pagi menjelang para pria membentuk lingkaran besar, bernyanyi
dan pantun
|
|
09.00
|
vv Para kerabat mulai berdatangan, ada yang memakai mobil ada
juga yg memakai truk terbuka. Ratusan orang pun tumpah ruah di sekeliling pelataran.. Wuaaaw
|
10.00
|
Mulai dech sembelih tedong di pelataran atas. So far, hari ini
3 ekor jatuh.
vv Sementara sembelih tedong, keluarga yg kedatangan tamu akan
mengarak tamu yg berbaris utk diterima dan dijamu dengan sirih pinang, teh
dan kopi di lantang di depan pelataran bawah. Acara ini disebut Karampoan
(datang duduk). Sebentar aja duduk2nya, lalu tamu diajak masuk ke lantang
yang sudah dipersiapkan untuk mereka menginap. Para keluarga menggunakan
seragam. Keluarga inti dengan seragam sarung hitam, dihiasi Manik (kalung2an
dengan dominasi warna kuning emas-orange-merah), dan membawa tas kecil
(namanya sepu') yang di dalamnya telah diisi permen2 untuk mingle dengan
tamu.
Hihihi, yang lucu, karena gw awalnya ga ngerti fungsi utama Sepu', selain nyemplungin banyak permen, gw juga masukin HP, digital camera, kunci kamar, lipbalm, dompet dan lipbalm.. dan pas duduk di lantang, trus tante - tante mengisyaratkan supaya gw sorongkan Sepu' ke tamu, gw kelabakan, karena Sepu'nya sekarang penuhhh sama perintilan gw, hahahaha.. emang harusnya yang lain itu ga perlu dibawa di Sepu' ternyata.. cukup bawa di kantong baju, hihihi jadi dech Sepu'nya Carla jadi trending topic sementara di siang itu :P |
16.00
|
vv Adu tedong lagi. Kali ini di lapangan kecil di seberang Patane
(rumah tempat peti diistirahatkan selamanya). Ada 5 tedong kira2 yg diadu
sore ini. Gede2, dan karena tempatnya terbuka, makin seru karena bisa dilihat
dari jauh. Penontonnya pun makin rame, kali ini kaum perempuan bisa ikutan
nonton tanpa repot masuk2 hutan. Pertandingan seru, sayang tedong keluarga
kalah, hihihi, kabur dech dia ke jalanan.
Selesai itu para tamu pun berpamitan,
dan pulang.
|
18.40an
|
Kita bergantian mandi, trus ngumpul di dapur untuk mulai makan
malam. Menu malam ini tanpa babi, karena memang pondok kita ditempati juga
oleh saudara2 yang muslim, jadi supaya mereka bisa tetap makan tenang, maka
dipisah lokasi makanan haram nya.
Sambil duduk2 makan, dan nyemilin dessert (kue
bolu, dan kacang mete) kita ngobrol2, dengerin pengalaman Unlce Bruno, Uncle Gerris
dan tante2 kehidupan di desa waktu mereka masi kecil. Sekolah jalan kaki
jauhhh banget berkilo2, pake batu tulis untuk catet, tiap penuh dihapus..
Dannnn tetep lho ada ulangan, hihihi, kebayang dong, kita ga punya catatan
utk dipelajari sebelum ulangan :p belum lagi cerita seru, acara rambu solo
yang diadakan pada waktu mereka masi kecil. Selama 2 minggu lebih para tamu
dan keluarga menginap di lantang2 yang sudah disiapkan. Air belum ditampung
di toren air, jadi bolak balik ambil air dari sumur, pikul di buluh2 bambu
panjang, dan apes banget kalo pas jalan berbenturan ato kepeleset, airnya
pasti tumpah, hahaha. Oiyah, belum ada lampu kan? Jadi obor2 dipasang banyak2
di sudut2 jalan, dan kalo mau pergi2 perlu bawa obor gede.
|
... tbc to the next post
-ciao-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar